slot gacor
slot gacor
slot gacor
slot gacor
Blog Archives - Aqiqah Bandung 0877 0034 7724

Browsing: Blog

Tata Cara dan Tujuan Mengadzani Bayi Baru Lahir

 

Mengadzani Bayi Baru Lahir adalah hal yang sudah lumrah dilakukan oleh umat muslim. Kelahiran seorang bayi dalam seuatu keluarga tentu bisa memberikan kebahagiaan dan keberkahan di dalamnya. Untuk menyambut kehadirannya, umat Muslim disunnahkan untuk melaksanakan berbagai hal, termasuk mengadzani bayi dan membacakan iqamah di telinga si bayi saat ia baru lahir oleh ayahnya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu tanda syukur kepada Allah, maka suara adzan pun diperdengarkan ke telinga anak.

Hai Sahabat Hilal, Hal ini juga dijelaskan dalam riwayat Imam Ahmad dan at-Tirmidzi yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mengumandangkan adzan di telinga al-Hasan bin Ali sesaat setelah Fatimah melahirkan.

Tujuan Mengadzani Bayi yang Baru Lahir

Dilansir dari laman HaiBunda yang mengutip buku Menabur Iman di Dada Anak Karya Wulan Mulya Pratiwi, mengadzani bayi merupakan langkah awal yang baik dalam menabur iman sejak dini pada anak. Mengadzani anak bertujuan supaya suara yang pertama kali didengar oleh sang bayi adalah kalimat-kalimat yang berisi kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Mengutip buku Menyambut Kedatangan Bayi yang ditulis oleh Nasy’at Masri, dengan memperdengarkan asma Allah untuk pertama kalinya, diharapkan hubungannya dengan syaiton akan melemah. Atau dengan kata lain, seruan Islam sudah lebih dahulu sampai di telinga si bayi sebelum seruan syaiton.

Sementara itu, Mohammad Irsyad, M.Pd.I, salah satu pakar parenting Islami juga menjelaskan bahwa Ibnu Qayyim mengatakan, seharusnya kalimat pertama yang masuk ke telinga setiap anak adalah kalimat yang berbentuk ajakan pada suatu kebaikan. Hal ini juga mengandung keagungan Allah SWT dan kedua kalimat syahadat yang dapat menobatkan dirinya menjadi seorang muslim.

Tata Cara Mengadzani Baru yang Baru Lahir

Mengumandangkan adzan di telinga bayi pada umumnya dilakukan oleh Ayah dari bayi tersebut. Tak hanya itu saja, setelah adzan dikumandangkan di telinga kanan bayi, kemudian dilanjutkan dengan iqamah yang dikumandangkan di telinga kirinya.

“Imam Nawawi mengatakan, ‘Segolongan ulama dari madzhab kami (madzhab Syafi’i) berpendapat bahwa disunnahhkan adzan di telinga kanannya (bayi) dan iqamah di telinga kirinya,” tulis buku Langkah Praktis Mendidik Anak karya Abdullah Ibnu Sa’d Al-Falih.

Penulis : elis

Website : Aqiqah Bandung

 

 

{ Comments are closed }

Apakah Hukum Aqiqah Bisa Gugur Bagi Orang Fakir?

aqiqah bandung

aqiqah bandung

Apakah hukum aqiqah bisa gugur terutama bagi orang yang fakir atau masih tetap harus ditunaikan?

Dilansir dari laman Islampos.com, para ulama berselisih pendapat terkait hukum aqiqah. sebagian mengatakan hukum aqiqah wajib, namun ada juga yang mengatakan bahwa hukumnya sunnah. Ada pula yang berpendapat bahwa hukumnya sunnah muakkadah, pendapat yang terakhir inilah yang banyak digunakan dikalangan umat muslim.

Ulama Lajnah Daimah berkata:

“Aqiqah adalah sunnah muakkadah, bagi anak laki-laki dua ekor kambing yang sama dengan hewan aqiqah, dan bagi anak perempuan satu ekor kambing yang disembelih pada hari ke tujuh, dan jika di tunda melebihi hari ke tujuh maka boleh disembelih kapanpun dan tidak ada dosa bagi yang menundanya, namun yang lebih utama adalah mensegerakannya”. (Fatawa Lajnah Daimah: 11/439)

Akan tetapi, mereka tidak berbeda pendapat bahwa aqiqah tidak wajib bagi orang yang fakir. Terlebih lagi bagi orang yang mempunyai hutang, tidak didahulukan apa yang lebih wajib dari aqiqah. Oleh sebab itu, aqiqah tidak diharuskan bagi Ayah dan Bunda yang dalam kondisi keuangan yang tidak stabil.

Berikut beberapa pendapat terkait hukum aqiqah yang disadur dari laman Islampos.com

Ulama Lajnah Daimah pernah ditanya:

“Jika saya telah dikarunai beberapa anak dan belum saya aqiqahi semuanya karena masalah ekonomi; karena saya seorag pegawai, gaji saya terbatas dan tidak cukup kecuali hanya untuk pengeluaran rutin bulanan, maka bagaimanakah status aqiqah semua anak-anak kami dalam Islam?”

Mereka menjawab:

“Jika kenyataannya sebagaimana yang anda sebutkan, yaitu; kesulitan ekonomi, pemasukan anda tidak cukup kecuali untuk nafkah diri sendiri dan keluarga, maka tidak masalah bagi anda untuk tidak mendekatkan diri kepada Alloh mengaqiqahi anak-anak anda, berdasarkan firman Allah SWT.

لا يكلف الله نفساً إلا وسعها( البقرة / 286

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (QS. Al Baqarah: 286)

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran surat yang lainnya,

وما جعل عليكم في الدين من حرج الحج / 78

“dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”. (QS. Al Hajj: 78)

Firman Allah yang lain:

فاتقوا الله ما استطعتم } التغابن / 16

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”. (QS. At Taghabun: 16)

Berdasarkan dengan apa yang telah diriwayatkan dalam suatu hadis bahwa  Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:

( إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم، وإذا نهيتكم عن شيء فاجتنبوه )

“Jika aku perintahkan sesuatu, maka laksanakanlah menurut kemampuan kalian, dan jika aku melarang kalian akan sesuatu maka jauhilah”.

Hukum Aqiqah Apabila Diberi Kemudahan

Kapan saja anda diberi kemudahan, maka disyari’atkan bagi anda untuk melaksanakannya”. (Fatawa Lajnah Daimah: 11/436-437)

Ulama Lajnah Daimah juga pernah ditanya:

“Seorang laki-laki yang diberi karunia beberapa anak dan belum mengaqiqahi mereka semua; karena dia dalam keadaan fakir. Setelah beberapa tahun Alloh telah menjadikannya sebagai orang kaya dengan keutamaan-Nya, maka apakah dia masih perlu mengaqiqahi anak-anaknya ?”

Mereka menjawab:

“Jika kenyataannya seperti yang telah disebutkan, maka yang disyari’atkan baginya adalah tetap mengaqiqahi, bagi setiap anak laki-lakinya dengan dua kambing”. (Fatawa Lajnah Daimah: 11/441-442)

Syeikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya:

“Seorang laki-laki mempunyai beberapa anak laki-laki dan perempuan, semuanya belum diaqiqahinya karena tidak tahu atau karena menganggapnya tidak terlalu penting, sebagian mereka sekarang sudah dewasa, maka apakah yang harus dilakukannya sekarang ?

Beliau menjawab:

“Jika sekarang dilaksanakan aqiqah bagi mereka semua adalah maka termasuk hal yang baik, jika memang sebelumnya dia tidak tahu atau dia mengatakan besok saya akan mengaqiqahi mereka, namun sampai sekarang belum juga dilakukan. Adapun jika dia termasuk orang fakir pada saat disyari’atkannya aqiqah maka tidak ada kewajiban apapun baginya”. (Liqo Baab Maftuh: 2/17-18)

Sebagaimana juga tidak diwajibkan bagi keluarganya untuk menggantikannya untuk melaksanakan aqiqah, meskipun kalau mereka mau, maka boleh juga melakukannya, sebagaimana Rasulullah SAW yang telah mengaqiqahi kedua cucunya Hasan dan Husain, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu Daud: 2841 dan Nasa’i: 4219 dan dishahihkan oleh Syeikh Albani dalam Shahih Abu Daud: 2466.

Ulama Lajnah Daimah berkata:

“Aqiqah adalah hewan yang disembelih pada hari ke tujuh dari kelahiran bayi; sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh atas karunia anak, baik laki-laki maupun perempuan. Hukumnya adalah sunnah; berdasarkan beberapa hadits yang ada, Bagi siapa saja yang mengaqiqahi anaknya bisa mengundang warga untuk dijamu di rumahnya atau yang serupa dengannya, namun dia juga bisa membagikannya dalam keadaan mentah atau dalam keadaan sudah dimasak kepada orang-orang fakir, kerabat, tetangga, teman-teman dan lain sebagainya”. (Fatawa Lajah Daimah: 11/442)

Wallahu A’lam.

{ Comments are closed }

Imam Al-Ghazali Berpesan “Biarkan Anak Bermain dan Berkembang Sesuai Fitrahnya”

Imam Al-Ghazali Berpesan “Biarkan Anak Bermain dan Berkembang Sesuai Fitrahnya”

Aqiqah Bandung – Bermain adalah bagian alami dari kehidupan anak-anak, karena dunia mereka memang dipenuhi dengan aktivitas bermain. Kadang, mereka bahkan bisa lupa waktu karena asyik bermain. Islam mengakui banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari bermain, termasuk kebahagiaan yang dirasakan anak-anak.

Seperti yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, beliau mengatakan, “Setelah pulang dari sekolah, anak hendaknya diizinkan bermain dengan mainan yang ia sukai untuk menghilangkan kelelahan akibat belajar. Melarang anak bermain dan hanya memaksanya belajar akan membuatnya jenuh, meredupkan kecerdasannya, serta mengurangi kebahagiaan masa kecilnya.”

Bermain memang dunia anak. Jika anak tidak diberi kesempatan bermain, mereka bisa meluapkan rasa tertekan itu dengan berbagai cara. Bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk berkembang, mengasah akal, serta meningkatkan pengetahuan dan pendidikan mereka.

Dalam sebuah riwayat, Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Suatu hari aku sedang melayani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah tugasku selesai, aku berpikir bahwa beliau akan beristirahat siang. Aku pun keluar dan bergabung dengan anak-anak yang sedang bermain. Tak lama kemudian, Rasulullah datang dan mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain, lalu beliau memanggilku untuk suatu keperluan. Aku segera pergi melaksanakannya, sementara beliau duduk di bawah pohon hingga aku kembali.” (HR. Ahmad)

Sebagai orang tua dan pendidik, penting untuk memberikan anak-anak mainan yang sesuai dengan usia mereka, aman, serta mendidik, selama tidak bertentangan dengan syariat.

Berkembang Sesuai Fitrahnya

Setiap manusia dilahirkan dengan fitrah, maka kita tidak perlu terlalu khawatir tentang perkembangan anak-anak. Mereka lahir sesuai dengan zamannya, dan Allah telah menciptakan setiap anak dengan fitrah yang sesuai. Allah berfirman:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (QS Ar Rum: 30)

Setiap manusia dilahirkan dengan empat fitrah utama: fitrah zaman dan tempat, fitrah belajar, fitrah kemanusiaan, dan fitrah keimanan. Guru dan orang tua memegang peran penting dalam merawat dan mengembangkan fitrah-fitrah ini pada anak-anak. Esensi pendidikan adalah membantu anak menumbuhkan potensi yang telah Allah berikan dalam dirinya.

Dari sisi fitrah kemanusiaan, anak memiliki keinginan untuk dihargai dan memiliki perasaan yang sensitif. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berbicara kepada anak-anak, bahkan sejak mereka masih dalam kandungan. Dalam konteks fitrah zaman dan tempat, Allah menciptakan setiap anak sesuai dengan keadaan dan teknologi di zamannya. Sehingga, mendidik anak-anak di era teknologi dengan cara yang diterapkan pada era sebelumnya, seperti tahun 70-an atau 90-an, bukanlah pendekatan yang tepat.

Meskipun menghindarkan anak-anak dari televisi atau gadget sepenuhnya adalah hal yang sulit. Yang perlu dilakukan adalah mendidik mereka dalam menggunakan teknologi dengan bijak. Sesuaikan dengan usia mereka, tentu bayi tidak bisa diberi ponsel.

Belajar juga merupakan fitrah anak. Bahkan sejak 100 hari dalam kandungan, sel-sel otaknya berkembang dengan pesat. Hingga tiga bulan setelah dilahirkan, pertumbuhan sel otak semakin meningkat. Setelah itu, beberapa sel otak mengalami proses penyusutan sesuai kemampuan otak. Otak anak ini berkembang melalui proses belajar. Ada banyak cara untuk mengembangkan potensi anak dalam belajar, namun bermain adalah bentuk pembelajaran yang paling alami bagi mereka.

Sumber gambar: FreePik

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

5 Hal Penting yang Harus Diajarkan Orang Tua kepada Anak

5 Hal Penting yang Harus Diajarkan Orang Tua kepada Anak

Aqiqah Bandung – Dalam mendidik anak, sangat penting bagi umat Islam untuk menanamkan tauhid, yaitu keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Orang tua harus menjaga anak-anak dari perbuatan syirik atau menyekutukan Allah. Seperti yang disampaikan Luqman kepada anaknya dalam Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat ia memberi nasihat kepadanya, ‘Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13).

Para ulama menekankan pentingnya orang tua untuk mengajarkan lima hal ini kepada anak-anak mereka:

  1. Mengenalkan Nama-Nama Allah yang Maha Agung  

Anak-anak perlu mengenal dan memahami nama-nama Allah SWT agar cinta dan ketundukan kepada-Nya terpatri dalam hati sejak dini.

  1. Mengucapkan Salam Saat Masuk Rumah  

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kamu masuk rumah, ucapkanlah salam, maka akan menjadi berkah bagimu dan keluargamu.” (HR Tirmidzi).

Ini adalah kebiasaan baik yang membawa keberkahan dan mengajarkan sopan santun.

  1. Menghafal dan Membaca Surat Al-Fatihah  

Karena surat ini dibaca berulang kali setiap hari dalam salat, pahalanya akan terus mengalir. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Al-Fatihah adalah surat paling agung yang diberikan kepadaku.” (HR Bukhari).

Mengajarkan surat ini juga mengajarkan inti dari doa dan syukur kepada Allah.

  1. Mengajarkan Cara Salat Sesuai Sunnah  

Salat adalah ibadah yang dilakukan setiap hari, dan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ajarilah anak-anak kalian salat pada usia tujuh tahun.” (HR Tirmidzi). Mengajarkan salat dengan benar akan membekali mereka dengan fondasi spiritual yang kokoh.

  1. Mengajarkan Tiga Wirid Sebelum Tidur  

Ajarkan anak-anak untuk membaca doa sebelum tidur, Ayat Kursi untuk perlindungan dari gangguan setan, dan melakukan tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali agar fisik dan psikis tetap kuat dan sehat. Amalan ini menjadi benteng rohani yang penting.

Para ulama selalu menekankan bahwa mendidik anak untuk sukses di dunia saja dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk yang bukan Muslim. Namun, mendidik anak untuk sukses di dunia dan akhirat membutuhkan perhatian khusus dari orang tua terhadap pendidikan akhlak, adab, Al-Qur’an, doa, salat, serta ilmu agama lainnya. Ini adalah kunci membentuk anak-anak yang tidak hanya cerdas secara duniawi, tetapi juga berbudi luhur dan beriman.

Sumber gambar: Islampos

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Syarat Mengurus Beserta Hukum Mencukur Rambut Bayi yang Baru Lahir

Syarat Mengurus Beserta Hukum Mencukur Rambut Bayi yang Baru Lahir

Aqiqah Bandung – Ayah Bunda sudah tahu bahwa bayi merupakan pelengkap dalam suatu pernikahan. Setelah bayi dilahirkan, ada beberapa hal yang dianjurkan dalam Islam, termasuk mencukur rambutnya.

Momen kelahiran Si Kecil ke dunia merupakan hal yang harus disyukuri. Oleh sebab itu, Bunda harus merawat mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang, sebagaimana yang dianjurkan dalam Al-Quran dan Nabi Muhammad SAW.

Dalam Islam, ada beberapa hal yang dapat dilakukan ketika seorang bayi terlahir ke dunia. Hal ini tentunya juga dilakukan oleh Rasulullah.

Hukum Mencukur Rambut Bayi yang Baru Lahir

Bunda mungkin kerap menyaksikan prosesi mencukur atau menggunting rambut bayi yang baru lahir. Menurut Ustaz H. Yoyon Mulyono, Alumnus Pondok Al Fatah Temboro sekaligus pembimbing Umrah dan Haji, hukum mencukur rambut bayi yang baru lahir adalah sunnah muakkad, artinya sunnah yang sangat dianjurkan.

Dilansir dari laman HaiBunda, beliau mengatakan “Untuk mazhab Imam Syafi’i (hukum mencukur rambut bayi baru lahir) adalah sunnah muakkad. Jadi sunnah yang diperkuat, yang ditekankan,” katanya.

Sunnah muakkad sendiri adalah suatu ketentuan hukum Islam yang tidak mengikat, namun sangat dianjurkan. Bukan tanpa alasan, hal ini karena Rasulullah SAW turut melakukannya dan hampir tidak pernah absen untuk melakukannya.

Hal yang Harus Dilakukan Saat Bayi Dilahirkan

Selain mencukur rambut bayi, ada beberapa hal lain yang dapat dilakukan setelah bayi dilahirkan. Berikut ini adalah rangkuman terkait beberapa hal yang harus dilakukan saat bayi dilahirkan.

  1. Diadzankan

Hal pertama yang harus dilakukan saat bayi dilahirkan adalah mengadzani dan mengiqomahkan sang bayi. Kegiatan ini dilakukan untuk bayi laki-laki maupun perempuan. Lebih afdol dilakukan oleh orang tuanya, terutama oleh ayahnya melalui telinga kanan kemudian iqomah melalui telinga kiri.

  1. Diberikan Nama Terbaik

Setelah diadzankan, Ayah dan Bunda diwajibkan untuk memberikan nama yang baik. Bila perlu, Ayah dan Bunda bisa meminta saran dari ustaz atau para ulama untuk mendapatkan nama yang baik untuk anak. Sebab, nama bagi seorang anak adalah doa. Bagi orang yang awam, kitab isa bertanya atau meminta bantuan kepada orang yang lebih mengerti terkait hal ini, missal kepada Ustaz atau ulama. Jadi, berikan nama yang terbaik sesuai syariat Islam.

  1. Mengaqiqahi Anak

Diriwayatkan Al-Hasan dari Sammuroh radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelihkan pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberikan nama.” (HR Ahmad 20722, At-Turmudzi 1605 dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Aqiqah merupakan tanggung jawab orang tua. Ulama berpendapat bahwa anak bisa mulai diaqiqahkan pada usia kelipatan 7 hari. Meskipun pelaksanaan Aqiqah tidak diwajibkan, namun hukumnya adalah sunnah muakkad artinya sunnah yang dianjurkan.

Jika yang lahir anak laki-laki maka orang tua wajib memotong 2 ekor kambing, sedangkan untuk anak Perempuan hanya 1 ekor kambing. Ketika acara Aqiqah tersebut dilaksanakan, anak tadi yang terlahir bisa dicukur rambutnya, kemudian dibersihkan.

  1. Khitan Anak

Bagi anak yang berjenis kelamin laki-laki, mereka wajib dikhitan dengan usia yang tidak dibatasi. Jadi, Si Kecil boleh dikhitan di usia beberapa bulan atau beberapa tahun.

  1. Menikahkan Anak Saat Dewasa

Setelah dewasa, Ayah dan Bunda wajib menikahkan anak-anaknya. Untuk anak perempuan, baiknya orang tua memilihkan langsung jodoh yang akan dinikahkan anak. Namun di kalamga kita sekarang ini, terkadang orang tua tidak bisa memaksakan anaknya. Namun, seorang anak Perempuan dapat bermusyawarah dengan orang tuanya untuk mencarikan jodoh yang terbaik. Maka, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menikahkan putra dan putrinya.

Setelah anak perempuan menikah, tanggung jawabnya akan berpindah kepada sang suami. Namun, anak laki-laki yang menikah akan terus melayani dan berkewajiban atas orang tuanya.

Semoga informasi di atas dapat bermanfaat, ya!

Sumber gambar: Shutterstock

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Ayah Bunda, Jangan Banding-bandingkan Anak, Ya!

Ayah Bunda, Jangan Banding-bandingkan Anak, Ya!

Aqiqah Bandung – Dalam kehidupan sebagai orang tua, seringkali muncul godaan untuk membandingkan satu anak dengan yang lain. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dengan kepribadian dan karakteristik yang berbeda. Allah menciptakan setiap anak dengan keistimewaan masing-masing, yang bisa jadi merupakan pelengkap satu sama lain.

Mengapa anak-anak bisa begitu berbeda? Sebab Allah, dengan kebijaksanaan-Nya, mengetahui apa yang paling dibutuhkan oleh setiap orang tua. Mungkin ada anak yang sangat berbakti dan penuh kasih, sementara yang lain cenderung lebih sulit diatur atau memiliki karakter yang kuat. Namun, setiap sifat dan perilaku anak membawa pelajaran berharga bagi orang tua.

Jika satu anak menjadi penyebab kita sering bersyukur, sementara yang lain menuntut kita untuk lebih bersabar, bukankah itu kombinasi yang luar biasa? Syukur dan sabar adalah dua amalan yang sangat ditekankan dalam Islam. Keduanya adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah dan menjalani hidup dengan tenang.

Ketika kita dihadapkan pada tantangan dalam mendidik anak yang memerlukan lebih banyak kesabaran, jangan berpikir bahwa hal itu adalah sebuah cobaan tanpa hikmah. Bisa jadi, kesabaran yang kita pelajari dan amalkan saat menghadapi anak yang sulit itulah yang mendatangkan ridha Allah. Mungkin, amalan sabar ini yang menjadi jalan bagi kita untuk memperoleh rahmat Allah dan mendapatkan surga-Nya.

Oleh karena itu, mari kita berhenti membandingkan anak-anak kita dan mulai melihat keunikan mereka sebagai anugerah yang harus disyukuri. Sabar dan syukur dalam menghadapi perbedaan ini adalah bentuk pengabdian yang luar biasa kepada Allah.

Sumber gambar: Pexels

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Benarkah Ibu Hamil Tidak Boleh Menggunakan Skincare?

Benarkah Ibu Hamil Tidak Boleh Menggunakan Skincare?

Aqiqah Bandung – Perawatan kulit atau skincare sudah menjadi bagian penting dari rutinitas harian banyak orang, termasuk wanita. Namun, ketika seorang wanita hamil, pertanyaan mengenai keamanan penggunaan produk skincare sering muncul. Ada banyak mitos yang beredar tentang apakah ibu hamil boleh menggunakan skincare, dan jika ya, produk mana yang aman. Artikel ini akan membahas fakta dan mitos mengenai penggunaan skincare selama kehamilan.

  1. Mengapa Perawatan Kulit Penting selama Kehamilan?

Selama kehamilan, tubuh seorang wanita mengalami perubahan hormonal yang signifikan, yang dapat memengaruhi kondisi kulit. Beberapa wanita mungkin mengalami jerawat, hiperpigmentasi (seperti melasma), kulit kering, atau stretch marks. Oleh karena itu, perawatan kulit menjadi penting untuk menjaga kesehatan dan penampilan kulit selama periode ini.

  1. Bahan-Bahan Skincare yang Harus Dihindari

Tidak semua produk skincare aman digunakan selama kehamilan. Beberapa bahan tertentu dalam produk skincare dapat berpotensi membahayakan janin. Berikut adalah beberapa bahan yang harus dihindari oleh ibu hamil:

  • Retinoid (Retinol dan Tretinoin): Retinoid adalah turunan vitamin A yang sering digunakan dalam produk anti-aging dan untuk mengatasi jerawat. Meskipun efektif, penggunaan retinoid selama kehamilan dikaitkan dengan risiko cacat lahir dan harus dihindari.
  • Asam Salisilat: Asam salisilat adalah bahan yang umum ditemukan dalam produk perawatan jerawat. Penggunaan dalam konsentrasi tinggi dapat berpotensi membahayakan janin, meskipun konsentrasi rendah yang ditemukan dalam pembersih biasanya dianggap aman.
  • Hydroquinone: Bahan pemutih kulit ini digunakan untuk mengatasi hiperpigmentasi. Namun, karena tingkat penyerapan yang tinggi oleh kulit, hydroquinone sebaiknya dihindari selama kehamilan.
  • Paraben: Paraben adalah pengawet yang banyak ditemukan dalam kosmetik. Meskipun penelitian masih berlangsung, ada kekhawatiran bahwa paparan berlebihan terhadap paraben dapat berdampak negatif pada perkembangan janin.
  1. Bahan-Bahan Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil

Meskipun ada bahan-bahan yang harus dihindari, banyak juga bahan skincare yang aman dan dapat digunakan oleh ibu hamil untuk menjaga kesehatan kulit mereka. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Asam Hialuronat: Bahan ini sangat baik untuk menjaga kelembapan kulit dan aman digunakan selama kehamilan.
  • Vitamin C: Sebagai antioksidan, vitamin C membantu mencerahkan kulit dan mengurangi hiperpigmentasi. Produk yang mengandung vitamin C umumnya aman untuk digunakan selama kehamilan.
  • Aloe Vera: Lidah buaya dikenal karena sifatnya yang menenangkan dan melembapkan, dan aman untuk ibu hamil.
  • Niacinamide: Bahan ini membantu mengatasi jerawat dan hiperpigmentasi, serta aman digunakan selama kehamilan.
  • Mineral Sunscreen (Zinc Oxide dan Titanium Dioxide): Melindungi kulit dari sinar matahari sangat penting selama kehamilan. Mineral sunscreen adalah pilihan yang aman dan efektif.
  1. Tips Perawatan Kulit untuk Ibu Hamil

Selain memilih produk yang aman, ibu hamil juga dapat mengikuti beberapa tips berikut untuk menjaga kesehatan kulit:

  • Konsultasikan dengan Dokter: Sebelum memulai atau mengubah rutinitas skincare, sebaiknya ibu hamil berkonsultasi dengan dokter atau dermatologis untuk memastikan produk yang digunakan aman.
  • Hindari Produk Beraroma Kuat: Parfum dan pewangi buatan dapat menyebabkan iritasi, terutama pada kulit sensitif selama kehamilan. Pilih produk yang bebas pewangi atau menggunakan aroma alami.
  • Perhatikan Reaksi Kulit: Selama kehamilan, kulit mungkin menjadi lebih sensitif. Jika mengalami reaksi negatif terhadap produk tertentu, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter.
  • Tetap Terhidrasi dan Konsumsi Nutrisi yang Cukup: Perawatan kulit dari dalam sama pentingnya dengan perawatan dari luar. Pastikan untuk minum cukup air dan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral.

Secara umum, ibu hamil masih bisa menggunakan skincare, namun harus lebih selektif dalam memilih produk yang aman. Menghindari bahan-bahan yang berpotensi berbahaya dan memilih bahan yang aman dan lembut adalah kunci untuk menjaga kesehatan kulit tanpa membahayakan janin. Konsultasi dengan profesional kesehatan adalah langkah penting sebelum memulai rutinitas perawatan kulit selama kehamilan. Dengan perawatan yang tepat, ibu hamil dapat menjaga kulit mereka tetap sehat dan bercahaya sepanjang kehamilan.

Sumber foto: google.com

Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah

{ Comments are closed }