Browsing: Blog

Tradisi Lebaran yang Menyenangkan Untuk Dilakukan Bersama Keluarga di Kampung Halaman

Tradisi Lebaran yang Menyenangkan Untuk Dilakukan Bersama Keluarga di Kampung Halaman

Aqiqah Bandung – Momen yang dinanti-nantikan, Lebaran, sebentar lagi tiba! Lebaran bukan sekadar momen berlibur, tapi juga saat untuk bersilaturahmi, berkumpul bersama keluarga, dan menghidupkan tradisi-tradisi yang menyenangkan. Kampung halaman menjadi tempat yang ideal untuk merayakan Lebaran. Sudahkah sebagian dari kita, bersama suami dan si kecil, bersiap-siap untuk pergi ke kampung halaman?

Selain sekadar berkunjung, di kampung halaman terdapat banyak tradisi yang dapat dinikmati bersama keluarga. Berikut adalah beberapa tradisi Lebaran yang bisa dilakukan:

  1. Menjenguk Sanak Saudara:Lebaran merupakan momen yang tepat untuk berkunjung ke rumah sanak saudara. Selain mempererat silaturahmi antar keluarga, berkunjung ke rumah sanak saudara juga menjadi kesempatan untuk saling memaafkan dan bermaaf-maafan. Dengan memperkuat silaturahmi, akan semakin menghidupkan kehangatan dalam keluarga.
  2. Menyantuni Anak Yatim:Menyantuni anak yatim merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Di kampung halaman, biasanya terdapat beberapa panti asuhan yang dapat dikunjungi untuk memberikan santunan kepada anak yatim. Melalui kegiatan ini, selain membawa kebahagiaan bagi anak yatim, juga memberikan pelajaran moral yang berharga bagi keluarga.
  3. Bermain Permainan Tradisional:Di kampung halaman, terdapat berbagai jenis permainan tradisional yang dapat dimainkan bersama keluarga, seperti congklak, dakon, gasing, dan lainnya. Bermain permainan tradisional ini tidak hanya menghadirkan keceriaan dan kesenangan, tetapi juga memperkenalkan generasi muda pada nilai-nilai kearifan lokal.
  4. Memasak Makanan Khas Lebaran:Salah satu kegiatan yang mengasyikkan adalah memasak makanan khas Lebaran bersama keluarga. Di kampung halaman, terdapat beragam makanan khas Lebaran seperti ketupat, rendang, opor ayam, dan lainnya. Aktivitas memasak bersama ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga memberikan pengalaman berharga dalam mengolah makanan khas Lebaran.
  5. Bersilaturahmi dengan Tetangga: Lebaran adalah waktu yang tepat untuk bersilaturahmi dengan tetangga. Melalui kegiatan ini, hubungan antar tetangga dapat dipererat, sementara keluarga juga dapat memperkenalkan diri kepada tetangga yang belum mereka kenal sebelumnya.
  6. Berziarah ke Makam Keluarga:Satu tradisi yang tak terpisahkan adalah berziarah ke makam keluarga. Momen Lebaran menjadi waktu yang tepat untuk mengunjungi makam keluarga, mengenang kenangan bersama orang-orang tercinta yang telah meninggalkan kita. Ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan si kecil pada sanak saudara yang telah berpulang.
  7. Menikmati Keindahan Alam: Terakhir, menikmati keindahan alam di kampung halaman. Tempat-tempat wisata alam seperti air terjun, sawah, atau perkebunan dapat menjadi destinasi untuk dinikmati bersama keluarga. Menikmati keindahan alam ini tidak hanya membawa kebahagiaan, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menenangkan pikiran setelah menjalani berbagai aktivitas yang padat.

Ramadan berlalu begitu cepat, bukan? Dengan Lebaran yang semakin dekat, banyak keluarga yang sudah bersiap-siap untuk pergi ke kampung halaman. Di sana, tradisi-tradisi Lebaran seperti menjenguk sanak saudara, menyantuni anak yatim, bermain permainan tradisional, memasak makanan khas Lebaran, bersilaturahmi dengan tetangga, berziarah ke makam keluarga, dan menikmati keindahan alam dapat dinikmati bersama. Semoga tradisi-tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga memberikan kesan indah dan berharga dalam momen Lebaran. Selamat menikmati Lebaran!

Sumber gambar: Google

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Si Kecil Masih Semangat Puasa? Ini Menu Makanan Agar Anak Tidak Malas Melaksanakan Sahur

Si Kecil Masih Semangat Puasa Ini Menu Makanan Agar Anak Tidak Malas Melaksanakan Sahur

Aqiqah Bandung – Sahur adalah salah satu waktu yang penting dalam ibadah puasa bagi umat Islam. Memastikan anak-anak semangat untuk melaksanakan sahur merupakan tanggung jawab orang tua yang sangat penting.

Menu makanan yang tepat dapat membantu meningkatkan semangat anak-anak untuk bangun dan menjalankan sahur dengan penuh kegembiraan.

Lantas, apa ikhtiar yang dapat dilakukan agar si kecil terus semangat melaksanakan sahur hingga akhir Ramadhan? Dilansir dari berbagai sumber, inilah ikhtiar yang dapat Ayah Bunda lakukan!

  1. Sajian Protein Tinggi:

Makanan yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging, ikan, atau kacang-kacangan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak. Sajikan telur rebus, dadar telur dengan sayuran, atau potongan daging atau ikan sebagai bagian dari menu sahur. Protein membantu menjaga kenyang lebih lama dan memberikan energi yang cukup untuk menjalani puasa seharian.

  1. Karbohidrat Kompleks:

Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti roti gandum, oatmeal, atau nasi merah juga penting dalam menu sahur. Karbohidrat kompleks memberikan energi yang stabil dan bertahan lebih lama dalam tubuh, sehingga anak-anak tidak mudah merasa lapar selama puasa.

  1. Buah dan Sayuran Segar:

Sajikan buah-buahan segar atau sayuran sebagai bagian dari menu sahur. Buah-buahan seperti pisang, apel, atau melon mengandung banyak air dan serat yang membantu menjaga tubuh tetap terhidrasi dan merasa kenyang lebih lama. Sayuran seperti tomat, timun, atau wortel juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk memperkaya nutrisi dalam sahur.

  1. Minuman yang Menyegarkan:

Pastikan anak-anak juga minum cukup air selama sahur. Selain air putih, Anda juga bisa menyajikan minuman yang menyegarkan seperti jus buah tanpa tambahan gula atau smoothie buah yang sehat. Hindari minuman berkafein seperti kopi atau teh hitam, karena dapat menyebabkan dehidrasi.

  1. Makanan Kekinian yang Menarik:

Cobalah variasi makanan kekinian yang menarik perhatian anak-anak, seperti smoothie bowl, overnight oats, atau avocado toast. Memberikan variasi dalam menu sahur dapat membuat anak-anak lebih bersemangat untuk bangun dan menikmati hidangan yang disajikan.

  1. Perhatikan Kandungan Gizi:

Pastikan makanan yang disajikan mengandung berbagai nutrisi penting seperti protein, karbohidrat, lemak sehat, serat, serta vitamin dan mineral. Kombinasi yang seimbang dari berbagai jenis makanan akan membantu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan menjaga kesehatan mereka selama menjalani puasa.

  1. Libatkan Anak dalam Persiapan:

Libatkan anak-anak dalam persiapan sahur, baik itu memilih menu, memasak bersama, atau menyiapkan meja makan. Dengan melibatkan mereka dalam proses persiapan, anak-anak akan merasa lebih bersemangat untuk menikmati makanan yang disajikan.

Dengan memperhatikan menu makanan yang sehat, bergizi, dan menarik, Ayah Bunda dapat membantu meningkatkan semangat anak-anak untuk melaksanakan sahur dengan penuh kegembiraan. Sahur yang teratur dan menyehatkan akan membantu anak-anak menjalani puasa dengan lancar dan tetap bugar sepanjang hari. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Ayah Bunda dalam menyajikan sahur yang lezat dan bergizi untuk anak-anak tercinta.

Sumber foto: google.com

Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah

{ Comments are closed }

Puasa Setengah Hari di Bulan Ramadhan Bagi Anak-Anak: Hukum dan Cara Mengajarkannya

Puasa Setengah Hari di Bulan Ramadhan Bagi Anak-Anak Hukum dan Cara Mengajarkannya

Aqiqah Bandung – Bulan Ramadhan selalu dinanti dengan penuh kegembiraan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Bulan yang penuh berkah ini mengajarkan umat Muslim untuk menjalankan ibadah puasa sepanjang bulan.

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebuah ibadah yang memberikan banyak manfaat, terutama bagi anak-anak. Selain menyehatkan, puasa juga mengajarkan kedisiplinan dan merangsang refleksi keimanan seseorang. Semua ibadah yang dilakukan selama Ramadhan akan mendapat ganjaran pahala berlipat-lipat.

Namun, mengajarkan anak-anak untuk berpuasa bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kesabaran dan pemahaman yang baik agar mereka dapat melakukannya dengan baik dan penuh makna.

Salah satu cara yang sering dilakukan oleh orang tua adalah dengan mempraktikkan puasa setengah hari. Namun, bolehkah cara ini dilakukan? Apa hukumnya?

Puasa setengah hari merupakan metode yang umum dilakukan untuk melatih anak-anak berpuasa. Anak-anak berpartisipasi dalam sahur dan berpuasa seperti biasa. Mereka berpuasa dari sahur hingga waktu Zuhur, di mana mereka diizinkan untuk berbuka sebelum melanjutkan puasa hingga Maghrib.

Terkait dengan hukum menjalankan puasa setengah hari di bulan Ramadhan, kita perlu memahami syarat-syarat wajib berpuasa. Syarat-syarat ini termasuk beragama Islam, baligh, berakal, sehat, mampu, tidak dalam perjalanan jauh, serta suci dari haid dan nifas.

Meskipun anak-anak belum wajib berpuasa, penting bagi orang tua untuk mengajarkan mereka puasa sejak dini, sesuai dengan ajaran Allah dalam Al-Quran QS At-Tahrim ayat 6, yang menekankan pentingnya menjaga diri dan keluarga dari api neraka.

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” – QS At-Tahrim : 6.

Bagaimana cara mengajarkan puasa setengah hari kepada anak-anak? Orang tua dapat membuat kesepakatan dengan anak-anak mengenai waktu berpuasa yang sesuai dengan kemampuan mereka. Penentuan waktu ini haruslah bertahap, agar anak-anak dapat belajar bertanggung jawab dan merasakan kemajuan dalam ibadah mereka. Misal hari ini anak berbuka saat Azan Dzuhur, lain waktu mundur di Azan Ashar. Begitu seterusnya hingga anak mampu berpuasa sehari penuh.

Dengan demikian, puasa setengah hari dapat menjadi langkah awal yang baik untuk melatih anak-anak dalam menjalankan ibadah puasa. Semoga informasi ini bermanfaat, Bunda!

Sumber gambar : tribunnews

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Hati-Hati! Ini Hal yang Menguras Energi Wanita

Hati-Hati! Ini Hal yang Menguras Energi Wanita

Aqiqah Bandung – Sebagai manusia, kita semua mengalami perubahan energi sepanjang hari. Bagi wanita, terdapat berbagai faktor tambahan yang bisa menguras energi secara khusus. Dari tuntutan sosial hingga tugas rumah tangga, peran wanita seringkali melampaui batas-batas yang dapat menguras tenaga dan vitalitas mereka.

Tahukah Bunda, ada beberapa hal yang dapat menguras energi pada Wanita? Apa saja itu? Dilansir dari berbagai sumber, inilah beberapa hal yang sering kali menjadi penyebab utama penurunan energi pada Wanita, di antaranya:

  1. Tuntutan Sosial: Wanita sering kali merasa perlu untuk menjaga hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan masyarakat di sekitarnya. Seringnya menghadiri acara sosial, mengurus pertemuan, dan memberikan dukungan emosional kepada orang lain dapat menyebabkan kelelahan mental yang signifikan.
  2. Stigma dan Tekanan Masyarakat: Terkadang, wanita mengalami tekanan dari masyarakat atau budaya mereka untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi yang tidak realistis. Stigma terhadap penampilan fisik, peran gender, atau harapan sosial tertentu dapat menyebabkan stres dan kelelahan yang berkepanjangan.
  3. Kesehatan Reproduksi: Siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause adalah tahap-tahap yang mengubah hormonal bagi wanita. Ketidakseimbangan hormonal ini bisa memengaruhi tingkat energi dan kesejahteraan secara keseluruhan.
  4. Ketidakseimbangan Hidup: Kesulitan dalam mencapai keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan waktu untuk diri sendiri bisa membuat wanita merasa terjebak dalam siklus kelelahan dan stres yang konstan.
  5. Permasalahan Emosional dan Psikologis: Wanita sering kali menanggung beban emosional yang besar, baik itu dari trauma masa lalu, konflik hubungan, atau tekanan mental lainnya. Merawat kesehatan mental dan emosional dapat menjadi tugas tambahan yang menguras energi.

Meskipun wanita memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi mereka untuk mengenali dan mengelola sumber-sumber kelelahan yang mungkin mereka alami.

Mendapatkan dukungan sosial, merawat kesehatan fisik dan mental, serta mengatur waktu dengan bijaksana adalah langkah-langkah penting untuk menjaga keseimbangan energi dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Dengan menyadari faktor-faktor yang dapat menguras energi, wanita dapat memprioritaskan diri sendiri dan memastikan bahwa mereka tetap kuat, seimbang, dan mampu mengatasi segala tantangan yang datang dalam hidup mereka.

Sumber foto: google.com

Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah

{ Comments are closed }

Penyebab Kenakalan Pada Anak Dalam Perspektif Islam

Penyebab Kenakalan Pada Anak Dalam Perspektif Islam

Aqiqah Bandung – Kenakalan pada anak merupakan fenomena yang sering kali menimbulkan keprihatinan bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya. Sejumlah faktor yang mendasari kenakalan ini telah dijelaskan dalam buku “Tarbiyah Al-Awlad fi Al-Islam” karya Syaikh ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan.

  1. Orang Tua Jauh Dari Agama

Salah satu faktor utama kenakalan pada anak adalah jauhnya keterlibatan orang tua dalam hal keagamaan. Dari Abu Waqid Al-Harits bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sedang duduk di masjid dan orang-orang sedang bersamanya, tiba-tiba datanglah tiga orang. Maka dua orang menghampiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan yang satu pergi. Lalu kedua orang tua itu berdiri di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya melihat tempat yang kosong di perkumpulan tersebut, maka ia duduk di sana. Sedangkan yang satu lagi, duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga pergi. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, beliau berkata, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang tiga orang?

Yang pertama, ia berlindung kepada Allah, maka Allah pun melindunginya. Yang kedua, ia malu, maka Allah pun malu terhadapnya. Sedangkan yang ketiga, ia berpaling maka Allah pun berpaling darinya.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 66 dan Muslim, no. 2176)

Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang mendekati ilmu akan mendapatkan perlindungan dan keberkahan. Orang tua yang aktif dalam kegiatan keagamaan cenderung memberikan dampak positif pada anak-anak dan keluarga mereka.

  1. Pengaruh Lingkungan Sekitar yang Buruk

Lingkungan sekitar anak memiliki peran penting dalam membentuk karakter mereka. Anak-anak yang terpapar pada lingkungan yang buruk, seperti pergaulan bebas, penggunaan narkoba, atau obsesi pada permainan video, cenderung terpengaruh secara negatif. Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan pentingnya pergaulan yang baik melalui perumpamaan minyak wangi yang harum dan besi yang panas.

  1. Perlakuan Buruk dari Orang Tua

Perlakuan kasar dan tidak penuh kasih dari orang tua juga dapat menjadi penyebab kenakalan pada anak. Allah SWT menekankan pentingnya berbicara dengan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Perlakuan yang kasar hanya akan menjauhkan anak dari orang tua dan menghambat perkembangan mereka.

Allah telah memerintahkan kepada kita,

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)

Dalam ayat lain disebutkan,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖوَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)

  1. Paparan dari Tayangan Konten Kekerasan dan Pornografi

Paparan pada konten kekerasan dan pornografi melalui media seperti televisi dan internet juga menjadi faktor utama kenakalan pada anak. Anak-anak yang terpapar pada konten-konten negatif ini cenderung menginternalisasi perilaku yang tidak pantas. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari paparan yang merugikan tersebut.

Untuk mendidik anak dengan baik, ada tiga prinsip penting yang perlu diperhatikan:

  • Orang tua harus memberikan perlindungan dan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.
  • Orang tua harus merasa bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka sesuai dengan ajaran Islam.
  • Orang tua harus menghindari segala hal yang dapat membahayakan anak-anak mereka, termasuk paparan pada konten negatif di media.

Dengan memahami faktor-faktor tersebut dan mengambil langkah-langkah yang tepat, diharapkan orang tua dapat membimbing anak-anak mereka menuju kehidupan yang baik dan bermanfaat sesuai dengan ajaran Islam.

Referensi:

Tarbiyah Al-Awlad fi Al-Islam. Edisi ke-37, Tahun 1434 H. Dr. ‘Abdullah bin Nashih ‘Ulwan. Penerbit Darus Salam.

Sumber gambar: Aqiqah Al Hilal

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Berapa Banyak Kambing yang Diperlukan Untuk Aqiqah Anak Perempuan Menurut Sunnah?

Berapa Banyak Kambing yang Diperlukan Untuk Aqiqah Anak Perempuan Menurut Sunnah?

Aqiqah Bandung – Salah satu adat yang lazim diamalkan umat Islam ketika menyambut kelahiran seorang anak adalah aqiqah. Aqiqah melibatkan penyembelihan hewan ternak seperti kambing. Namun, berapa jumlah kambing yang diperlukan untuk itu?

Secara etimologi, aqiqah berarti memotong. Beberapa pandangan juga mengaitkan aqiqah dengan potongan rambut bayi yang baru lahir. Dalam Fiqh Ibadah oleh Zaenal Abidin, aqiqah dijelaskan sebagai sembelihan yang dilakukan untuk menyambut kelahiran anak sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Ada banyak hadits yang merujuk pada kewajiban aqiqah dalam Islam. Sebagai contoh, dalam kitab Shahih Bukhari, Sulaiman ibn Ami adh-Dhaby ra. meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Anak yang baru lahir hendaknya diaqiqahi. Alirkanlah darah (sembelihan kambing) dan hilangkanlah kotoran serta penyakit yang menyertai anak tersebut (cukurlah rambutnya).” (HR. Bukhari).

Dalam sebuah riwayat lain, Samurah ibn Jundab ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى

Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan itu tergadai dengan aqiqahnya, yaitu seekor kambing yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, lalu si anak diberi nama dan rambut kepalanya dicukur.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Baihaqi, dan Al-Hakim).

Menurut mazhab Syafi’i, aqiqah merupakan sunnah muakkadah, yang artinya adalah suatu ibadah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Namun, jika tidak dilakukan, tidak dianggap sebagai dosa.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa aqiqah dilakukan baik untuk anak laki-laki maupun perempuan yang masih kecil, sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW yang menyebutkan pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh.

Terkait dengan jumlah hewan aqiqah, terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Menurut Imam Asy-Syafi’i, Abu Tsaur, Abu Dawud, dan Ahmad sebagaimana disebutkan dalam Kitab Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid Jilid 1 oleh Ibnu Rusyd, untuk anak perempuan, aqiqahnya adalah satu ekor kambing, sedangkan untuk anak laki-laki adalah dua ekor kambing.

Pendapat tersebut diperkuat oleh hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, di mana Umm Kurz al-Ka’biyyah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

“Untuk anak laki-laki sembelihlah dua ekor kambing dan untuk anak perempuan satu ekor saja.” (HR. Abu Dawud).

Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya al-Majmu menjelaskan bahwa hewan yang layak (sah) disembelih untuk aqiqah adalah domba yang dewasa dan kambing yang dewasa yang sudah memiliki gigi seri (gigi depan). Hewan aqiqah juga harus bebas dari cacat, secara umum mirip dengan hewan kurban.

Sumber gambar: Google

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Hati-Hati! Ternyata Anak Juga Bisa Terkena Hipertensi

Hati-Hati! Ternyata Anak Juga Bisa Terkena Hipertensi

Aqiqah Bandung – Perlu Ayah dan Bunda ketahui bahwa tak hanya orang dewasa saja, tetapi anak-anak juga dapat menderita hipertensi. Berbagai faktor, mulai dari konsumsi garam berlebihan hingga kurangnya aktivitas fisik, bisa menjadi pemicu.

Penting untuk mengenali gejala dan langkah-langkah pencegahan, karena tanpa penanganan yang tepat, hipertensi pada anak dapat mengakibatkan komplikasi serius.

Hipertensi pada Anak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Hipertensi terjadi saat tekanan darah dalam pembuluh darah anak terlalu tinggi. Kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah di berbagai bagian tubuh, termasuk jantung, otak, dan organ lainnya, bahkan menyebabkan pecahnya pembuluh darah.

Penyebab Hipertensi pada Anak

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi pada anak antara lain:

  1. Konsumsi garam berlebihan

Konsumsi garam yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan aliran darah dalam pembuluh darah. Ini membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga meningkatkan tekanan darah.

  1. Kelebihan berat badan

Obesitas atau kelebihan berat badan juga merupakan faktor risiko hipertensi pada anak. Biasanya, hipertensi akibat obesitas dialami oleh anak usia 7 tahun ke atas.

  1. Kelainan bawaan

Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 6 tahun, dapat menderita hipertensi karena kelainan bawaan seperti penyakit jantung, gangguan ginjal, gangguan hormonal, atau kelainan genetik.

  1. Kurangnya aktivitas fisik

Anak-anak yang kurang aktif dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk diam, seperti bermain game atau menonton TV, berisiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko hipertensi pada anak meliputi jenis kelamin laki-laki, kelahiran prematur, berat badan lahir yang tidak normal, riwayat keluarga dengan hipertensi, diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, paparan asap rokok, gangguan tidur, dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti steroid.

Cara Mencegah dan Mengatasi Hipertensi pada Anak

Penanganan hipertensi pada anak melibatkan langkah-langkah yang mirip dengan penanganan pada orang dewasa. Beberapa cara untuk mencegah dan mengatasi hipertensi pada anak antara lain:

  1. Diet sehat

Menerapkan pola makan yang sehat dapat membantu mengontrol tekanan darah anak. Diet antihipertensi, dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan rendah garam serta makanan manis, sangat dianjurkan.

  1. Aktivitas fisik

Anak perlu diajarkan untuk aktif bergerak dan berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik membantu menjaga kesehatan pembuluh darah dan jantung.

  1. Hindari asap rokok

Paparan asap rokok dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak kesehatan jantung anak. Jauhkan anak dari lingkungan yang merokok.

  1. Konsultasi dengan dokter

Jika perubahan gaya hidup saja tidak cukup, dokter mungkin akan meresepkan obat penurun tekanan darah. Penggunaan obat harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Jangan tunda lagi untuk menciptakan gaya hidup sehat dalam keluarga. Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin sejak usia dini, dan berkonsultasilah dengan dokter untuk penanganan yang tepat.

Hipertensi pada anak jika tidak ditangani dengan baik dapat berlanjut hingga dewasa dan meningkatkan risiko penyakit serius seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gangguan ginjal.

Sumber gambar: Hello Sehat

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Chat Sekarang
1
Chat Sekarang
Ada yang bisa kami bantu untuk Aqiqahnya..?