Author: Admin

Tips Menghadapi Si Kecil yang Tantrum dengan Tenang

Tips Menghadapi Si Kecil yang Tantrum dengan Tenang

Aqiqah Bandung – Tantrum anak sering kali membuat orangtua kewalahan. Menjaga ketenangan adalah kunci untuk mengelola situasi ini dengan baik. Berikut adalah beberapa tips lain yang dapat membantu Ayah dan Bunda ketika menghadapi si Kecil yang sedang tantrum dengan tenang:

  1. Kendalikan Emosi dengan Bernapas Dalam

Ketika anak mulai tantrum, cobalah untuk menarik napas dalam-dalam. Ini membantu menurunkan tingkat stres dan membuat pikiran lebih jernih, sehingga Anda bisa mengendalikan situasi dengan lebih baik.

  1. Berikan Anak Ruang

Saat anak tantrum, beri mereka ruang untuk menenangkan diri. Biarkan mereka berada di tempat aman dan ekspresikan emosinya tanpa gangguan. Setelah mereka tenang, dekati dengan lembut.

  1. Gunakan Suara Lembut

Berbicaralah dengan suara tenang dan lembut. Hindari berteriak karena bisa membuat anak semakin marah atau cemas. Suara yang lembut menunjukkan kontrol emosi Anda dan membantu menenangkan anak.

  1. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Positif

Mengalihkan perhatian anak dengan kegiatan yang disukai dapat membantu meredakan tantrum. Aktivitas seperti membaca buku, bermain, atau menggambar bisa menjadi solusi yang efektif.

  1. Konsistensi dan Kesabaran

Respon yang konsisten membantu anak memahami batasan dan harapan. Kesabaran sangat penting, karena mengatasi tantrum memerlukan waktu. Tunjukkan bahwa Anda siap membantu mereka mengatasi emosinya dengan penuh kasih.

Menghadapi tantrum memang tidak mudah, tetapi dengan sikap tenang dan strategi yang tepat, Ayah dan Bunda bisa mengelola situasi ini dengan lebih baik. Tetap tenang dan penuh kasih sayang adalah kunci utama dalam menghadapi tantrum anak kecil.

Sumber gambar: pexels /Keira Burton

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Bolehkah Aqiqah dengan Hewan Sapi? Simak Penjelasan Berikut!

Bolehkah Aqiqah dengan Hewan Sapi? Simak Penjelasan Berikut!

Aqiqah Bandung – Aqiqah adalah salah satu bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran seorang anak, yang biasanya dilakukan dengan menyembelih kambing. Aqiqah juga merupakan amalan sunnah dalam Islam yang disyariatkan oleh Rasulullah SAW. Pelaksanaan aqiqah sempat dilakukan sang rasul terhadap kedua cucunya sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits,

“Rasulullah SAW beraqiqah untuk Hasan dan Husain, masing-masing dengan dua ekor kambing kibas.” (HR An-Nasa’i)

Hukum aqiqah adalah sunnah muakkad yang artinya dianjurkan. Hal ini berlaku meski sang ayah dari bayi berasal dari keluarga kurang mampu, seperti dijelaskan oleh Sayyid Sabiq melalui bukunya yang berjudul Fiqih Sunnah 5.

Namun, di samping hal itu ada pertanyaan apakah aqiqah dapat dilakukan dengan sapi?

Mengutip Modul Fikih Ibadah oleh Rosidin, binatang aqiqah sama dengan binatang kurban yaitu kambing, unta, sapi, dan domba. Ketentuan aqiqah untuk anak laki-laki dan perempuan memiliki ketentuan yang berbeda.

Menurut mazhab Syafi’i dan Hambali, aqiqah untuk anak laki-laki ialah dua ekor kambing, sementara untuk anak perempuan yaitu satu ekor kambing. Lain halnya dengan mazhab Maliki yang berpandangan aqiqah anak perempuan atau laki-laki sama dengan satu ekor kambing.

Terkait pendapat mazhab Syafi’i mengacu pada sebuah hadits dari Aisyah RA,

“Rasulullah SAW memerintahkan kami agar mengaqiqahkan anak laki-laki dengan (menyembelih) dua ekor kambing dan mengaqiqahkan anak perempuan dengan (menyembelih) seekor kambing.” (HR Ibnu Majah)

Menurut beberapa ulama, menggunakan sapi untuk aqiqah diperbolehkan, dengan syarat satu sapi dapat digunakan untuk aqiqah tujuh anak, mirip dengan pembagian dalam kurban. Hal ini berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa satu ekor sapi atau unta bisa untuk tujuh orang.

“Kami berkurban bersama Rasulullah SAW pada tahun Hudaibiyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang.” (HR Muslim)

Namun, lebih dianjurkan menggunakan kambing karena lebih sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Keputusan untuk menggunakan sapi bisa jadi karena alasan ekonomi atau jumlah anak yang diaqiqahi dalam satu keluarga. Namun, penting untuk tetap mengikuti ketentuan syariah dan niat tulus dalam melaksanakan aqiqah.

Bagi mereka yang ingin menggunakan sapi, sebaiknya berkonsultasi dengan ulama atau tokoh agama setempat untuk memastikan pelaksanaan aqiqah sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini agar niat baik dalam menjalankan ibadah aqiqah mendapatkan keberkahan dan ridha dari Allah SWT.

Wallahu’alam.

Ilustrasi sapi. (Foto: Pixabay)

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Adab Memotong Rambut Bayi Baru Lahir dalam Islam, Sudah Tahu?

Adab Memotong Rambut Bayi Baru Lahir dalam Islam, Sudah Tahu?

Aqiqah Bandung – Setelah kelahiran bayi, banyak orang tua bertanya-tanya kapan waktu yang tepat untuk memotong rambut bayi, apakah sebelum atau setelah aqiqah? Salah satu persiapan yang dilakukan setelah bayi lahir adalah memotong rambutnya. Tindakan ini bukan hanya untuk membersihkan bayi, tetapi juga memiliki aturan dalam Islam.

Menurut situs resmi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI, ada beberapa adab dalam menyambut kelahiran bayi, termasuk aqiqah dan mencukur rambut bayi. Rasulullah SAW bersabda:

“Seorang anak yang baru lahir tergadai dengan aqiqahnya, disembelih darinya (kambing) pada hari ketujuh kelahirannya, dicukur rambutnya dan diberi nama,” (HR. An-Nasa’I, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

“Setiap anak ada aqiqahnya, sembelihlah aqiaqah untuknya dan buanglah kotoran darinya,” (HR. Bukhari)

Makna “buanglah kotoran darinya” adalah mencukur rambut bayi. Mencukur rambut bayi bisa dilaksanakan sebelum atau setelah aqiqah. Pada dasarnya, hukum mencukur rambut pada hari ketujuh setelah kelahiran adalah sunnah muakkad (disarankan untuk bayi laki-laki maupun perempuan), bukan kewajiban.

Setelah mencukur rambut bayi, disunnahkan untuk menunaikan sedekah seberat rambut yang dicukur dengan emas atau perak. Penting untuk diingat, ketentuan ini boleh dilakukan kapan saja, meski lebih utama dilakukan segera setelah mencukur rambut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan mencukur rambut. Rasulullah SAW melarang melakukan Al-Qaz’u, yaitu mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagian lainnya.

Contoh Al-Qaz’u termasuk mencukur rambut secara tidak beraturan; mencukur rambut di tengah kepala dan membiarkan sisi kanan dan kiri, atau sebaliknya; mencukur rambut depan dan membiarkan belakang.

Apa Manfaat Mencukur Rambut Bayi Setelah Lahir?

Mencukur rambut bayi membuang rambut yang lemah dan menggantinya dengan rambut yang kuat dan lebih bermanfaat bagi kepala. Selain itu, mencukur rambut juga membantu membuka pori-pori di kepala sehingga gelombang panas dapat keluar dengan mudah, yang sangat berguna untuk memperkuat indera penglihatan, penciuman, dan pendengaran bayi.

Sumber: Islam Digest Republika

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Jangan Berlebihan! Ini Bahaya Konsumsi Gula Terlalu Banyak untuk Anak-Anak

Jangan Berlebihan! Ini Bahaya Konsumsi Gula Terlalu Banyak untuk Anak-Anak

Aqiqah Bandung – Gula merupakan bahan yang umum ditemukan dalam makanan sehari-hari dan sering digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman. Meskipun memberikan rasa manis yang menyenangkan, konsumsi gula berlebihan dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, terutama pada anak-anak. Artikel ini akan mengulas beberapa bahaya dari konsumsi gula berlebihan pada anak-anak dan pentingnya mengontrol asupan gula mereka.

Dampak Kesehatan

  1. Kesehatan Gigi: Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan kerusakan gigi yang serius, seperti gigi berlubang dan kerusakan pada lapisan enamel gigi. Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan atau minuman manis berisiko tinggi mengalami masalah gigi.
  2. Obesitas: Gula mengandung kalori tinggi tanpa banyak nutrisi. Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan berlebihan lemak tubuh, yang merupakan faktor risiko utama untuk obesitas pada anak-anak.
  3. Resiko Penyakit Metabolik: Anak-anak yang terbiasa mengonsumsi gula berlebihan dapat mengalami peningkatan risiko mengembangkan penyakit seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung di kemudian hari.

Gangguan Perilaku dan Kognitif

  1. Hiperaktivitas: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula yang tinggi dapat berhubungan dengan peningkatan tingkat hiperaktivitas pada anak-anak, meskipun hubungan ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
  2. Konsentrasi dan Perhatian: Konsumsi gula yang tinggi juga dapat mempengaruhi konsentrasi dan perhatian anak-anak, membuat mereka sulit untuk fokus di sekolah atau dalam aktivitas belajar lainnya.

Cara Mengontrol Konsumsi Gula Anak-Anak

  1. Pendidikan dan Kesadaran: Penting untuk mengajarkan anak-anak tentang bahaya konsumsi gula berlebihan dan mengapa penting untuk membatasi asupan gula mereka.
  2. Pilihan Makanan Sehat: Memilih makanan dan minuman yang lebih sehat, seperti buah-buahan segar sebagai alternatif makanan manis, serta mengurangi konsumsi makanan olahan yang mengandung gula tambahan.
  3. Pembatasan Makanan Manis: Memantau dan membatasi konsumsi makanan dan minuman manis, termasuk permen, kue, minuman bersoda, dan makanan cepat saji.

Memahami bahaya dari konsumsi gula terlalu banyak bagi anak-anak penting untuk memastikan mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat. Dengan mengontrol asupan gula mereka, orang tua dapat membantu mengurangi risiko masalah kesehatan jangka panjang dan memastikan anak-anak memiliki gaya hidup yang sehat dan berimbang. Mendidik anak-anak tentang pilihan makanan yang baik dan mengawasi pola makan mereka merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan mereka secara keseluruhan.

Sumber foto: google.com

Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah

{ Comments are closed }

Makanan Terbaik dan Makanan yang Dilarang untuk Ibu Setelah Melahirkan

Makanan Terbaik dan Makanan yang Dilarang untuk Ibu Setelah Melahirkan

Aqiqah Bandung – Makanan yang dikonsumsi setelah melahirkan memiliki peran penting dalam pemulihan dan kesehatan ibu baru. Artikel ini akan mengulas makanan terbaik yang direkomendasikan serta makanan yang sebaiknya dihindari untuk ibu pasca persalinan.

Makanan Terbaik untuk Ibu Setelah Melahirkan

  1. Buah-buahan dan Sayuran Segar: Kaya akan serat, vitamin, dan antioksidan yang mendukung pemulihan tubuh dan sistem kekebalan.
  2. Sumber Protein Sehat: Daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak memberikan protein penting untuk memperbaiki jaringan tubuh.
  3. Karbohidrat Kompleks: Sereal utuh, roti gandum, nasi merah, dan quinoa memberikan energi yang stabil dan mengandung serat untuk pencernaan yang sehat.
  4. Lemak Sehat: Minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan mengandung lemak sehat yang penting untuk penyerapan vitamin dan hormon yang seimbang.
  5. Makanan Tinggi Zat Besi: Seperti daging merah, hati, dan sayuran hijau gelap membantu mengatasi kekurangan zat besi pasca kehamilan.
  6. Makanan Kaya Kalsium: Susu rendah lemak, yogurt, dan keju membantu menjaga kesehatan tulang dan gigi serta mendukung produksi ASI.
  7. Air dan Cairan: Penting untuk hidrasi yang cukup, terutama jika ibu menyusui, untuk menjaga produksi ASI dan keseimbangan cairan tubuh.

Makanan yang Dilarang atau Dihindari untuk Ibu Setelah Melahirkan

  1. Makanan yang Mengandung Kafein Berlebihan: Minuman berkafein seperti kopi, teh, dan soda sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas karena dapat mengganggu tidur dan pencernaan.
  2. Makanan yang Tinggi Garam: Mengonsumsi terlalu banyak garam dapat menyebabkan retensi cairan dan tekanan darah tinggi.
  3. Makanan Pedas atau Berbumbu: Bumbu yang berlebihan dapat mengganggu pencernaan atau mempengaruhi rasa ASI.
  4. Makanan yang Berisiko Tertular Kuman: Hindari makanan mentah atau kurang matang seperti sushi mentah, daging mentah, atau telur mentah yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
  5. Makanan Berlemak Jenuh Tinggi: Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi seperti makanan cepat saji yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan berat badan.
  6. Alkohol: Mengonsumsi alkohol saat menyusui dapat memengaruhi perkembangan bayi dan produksi ASI.

Nutrisi yang tepat setelah melahirkan adalah kunci untuk pemulihan yang cepat dan kesehatan yang baik bagi ibu. Dengan memilih makanan sehat yang kaya nutrisi dan menghindari makanan yang berpotensi mengganggu keseimbangan tubuh, ibu dapat memastikan bahwa dirinya mendapatkan dukungan nutrisi yang optimal selama masa pasca persalinan. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk rekomendasi yang lebih spesifik sesuai kebutuhan individu dan kondisi kesehatan pasca persalinan.

Sumber foto: google.com

Penulis: Nafisah Samratul Fuadiyah

{ Comments are closed }

Bolehkah Orang dengan Tekanan Darah Tinggi Mengkonsumsi Daging Kambing?

Bolehkah Orang dengan Tekanan Darah Tinggi Mengkonsumsi Daging Kambing?

Aqiqah Bandung – Bagi penderita darah tinggi atau kerap dikenal dengan sebutan hipertensi, tetap menjaga pola makan yang sehat dan seimbang sangat penting sebagai upaya untuk menjaga kestabilan tekanan darah dan kesehatan secara keseluruhan.

Salah satu pertanyaan umum yang kerap muncul adalah apakah konsumsi daging kambing aman atau tidak bagi orang yang memiliki riwayat penyakit darah tinggi?

Sebelum kita gali lebih dalam terkait apakah daging kambing boleh dikonsumsi oleh penderita darah tinggi atau tidak, alangkah lebih baik jika kita mencari tahu apa saja komposisi nutrisi yang terkandung dalam daging kambing.

Perlu Bunda ketahui bahwa daging kambing memiliki komposisi nutrisi yang berbeda dibandingkan dengan daging jenis lainnya. Beberapa faktor yang perlu Bunda perhatikan adalah kandungan lemak, kolesterol, dan natrium dalam daging kambing. Berikut penjelasan kandungan nutrisi dalam daging kambing yang perlu Bunda ketahui:

  1. Kandungan Lemak

Daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang relatif lebih tinggi. Mengkonsumsi lemak jenuh yang berlebihan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Oleh sebab itu, bagi orang yang memiliki riwayat darah tinggi, disarankan untuk membatasi konsumsi lemak jenuh.

  1. Kolesterol

Daging kambing juga memiliki kandungan kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging jenis lainnya. Hati-hati, ya Bunda! Mengkonsumsi kolesterol secara berlebih bisa berdampak negatif pada kesehatan jantung.

Orang dengan tekanan darah tinggi harus membatasi asupan kolesterol, sehingga penggunaan daging kambing sebaiknya dikonsumsi dengan bijak.

  1. Kandungan Natrium

Kandungan natrium dalam daging kambing juga perlu diperhatikan. Natrium dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga konsumsi garam dan makanan yang tinggi natrium perlu dibatasi oleh orang dengan tekanan darah tinggi.

Orang dengan tekanan darah tinggi masih diperbolehkan mengonsumsi daging kambing. Namun, tetap harus memperhatikan beberapa faktor penting, dimulai dari pemilihan daging kambing dan pengolahan daging kambing yang akan mereka konsumsi.

Berikut ada beberapa tips dalam pemilihan dan, dengan penjelasan sebagai berikut:

  1. Pilih Potongan Daging yang Rendah Lemak

Pastikan untuk memilih potongan daging kambing yang rendah lemak, seperti daging tanpa lemak atau dengan lapisan lemak yang tipis. Hindari mengonsumsi bagian daging yang memiliki lemak yang terlalu banyak.

  1. Batasi Konsumsi Jumlah dan Frekuensi

Pastikan untuk mengontrol porsi dan frekuensi konsumsi daging kambing sangat penting bagi orang dengan tekanan darah tinggi. Disarankan untuk mengonsumsi daging kambing dalam jumlah terbatas (sedikit) dan tidak terlalu sering.

  1. Metode Pengolahan yang Sehat

Cara memasak dan mengolah daging kambing juga penting. Sebaiknya, orang dengan tekanan darah tinggi menghindari penggunaan minyak berlebih, proses penggorengan, atau metode memasak yang menambahkan lemak dan natrium ke dalam daging.

Alangkah lebih baik apabila kita memilih metode pengolahan yang sehat seperti memanggang, merebus, atau memasak dengan sedikit minyak.

Bagi orang dengan tekanan darah tinggi, perlu memperhatikan porsi dan cara mengkonsumsi daging kambing dengan bijaksana.

Meskipun daging kambing mengandung lemak jenuh, kolesterol, dan natrium yang perlu dibatasi, dengan memilih potongan daging yang rendah lemak, membatasi jumlah dan frekuensi konsumsi, serta mengikuti metode pengolahan yang sehat, orang dengan tekanan darah tinggi tetap masih dapat menikmati daging kambing dalam konteks pola makan yang sehat dan seimbang.

Penting untuk selalu menjaga pola makan yang sehat secara keseluruhan, memperhatikan porsi, dan mengikuti rekomendasi medis yang relevan.

Sumber gambar: tribunnews.com

Sumber artikel: https://telemed.ihc.id/

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

10 Perbedaan Aqiqah dan Qurban yang Wajib Ayah Bunda Ketahui!

10 Perbedaan Aqiqah dan Qurban yang Wajib Ayah Bunda Ketahui!

Aqiqah Bandung – Dalam Islam, aqiqah dan Qurban adalah bentuk ibadah berupa penyembelihan hewan ternak dan pembagiannya kepada orang yang berhak. Meski terlihat serupa, keduanya memiliki banyak perbedaan penting. Perbedaan tersebut mencakup pengertian, tujuan, waktu pelaksanaan, hingga jenis hewan yang disembelih.

Ayah Bunda, di sini Aqila akan menjelaskan perbedaan antara aqiqah dan Qurban yang perlu diketahui oleh umat Muslim. Simak penjelasannya sampai habis, ya!

Perbedaan Aqiqah dan Qurban

Berikut ini beberapa perbedaan utama antara aqiqah dan Qurban:

Pengertian Qurban dan Aqiqah

  • Qurban berasal dari kata yang berarti ‘dekat’. Qurban adalah ibadah yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT pada Hari Raya Idul Adha.
  • Aqiqah berasal dari bahasa Arab “al-Aqqu” yang artinya memotong. Ini merujuk pada penyembelihan hewan sebagai bentuk syukur atas kelahiran seorang anak.

Waktu Pelaksanaan

  • Qurban dilakukan pada Hari Raya Idul Adha dan tiga hari Tasyrik (10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
  • Aqiqah dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, meskipun tidak ada ketentuan hari raya tertentu.

Tujuan Ibadah

  • Qurban bertujuan untuk meneladani Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
  • Aqiqah bertujuan untuk menyambut kelahiran anak dan sebagai bentuk syukur kepada Allah.

Hukum Melaksanakannya

  • Qurban hukumnya sunnah muakkad, sangat dianjurkan, meskipun tidak wajib.
  • Aqiqah juga sunnah muakkad, sangat dianjurkan, kecuali jika dinadzarkan (dijanjikan), maka menjadi wajib.

Jenis Hewan yang Disembelih

  • Qurban biasanya berupa sapi, kambing, atau domba.
  • Aqiqah umumnya berupa kambing atau domba.

Jumlah Hewan yang Disembelih

  • Aqiqah untuk anak laki-laki adalah 2 ekor kambing atau domba, sedangkan untuk anak perempuan adalah 1 ekor.
  • Qurban tidak memiliki batasan jumlah, sesuai dengan kemampuan finansial.

Prosesi atau Rangkaian Ibadah

  • Aqiqah meliputi niat, penyembelihan hewan, mencukur rambut bayi, memberikan nama anak, dan membagikan daging.
  • Qurban meliputi niat, penyembelihan hewan, dan pembagian daging kepada yang berhak.

Penanganan Daging

  • Aqiqah, Daging biasanya dipotong pada persendian tulang sebagai simbol keselamatan anggota tubuh anak yang diaqiqahi.
  • Qurban, Daging dipotong sesuai pedoman penyembelihan dan dibagikan kepada penerima atau mustahik.

Bentuk Daging yang Dibagikan

  • Aqiqah, Disunnahkan memberikan daging yang telah dimasak.
  • Qurban, Daging diberikan dalam bentuk mentah.

Penerima Daging

  • Qurban: Sebagian daging bisa dimakan oleh yang berQurban, sisanya dibagikan kepada orang yang berhak.
  • Aqiqah: Daging bisa dibagikan kepada siapapun tanpa ketentuan khusus.

Bolehkah Menggabungkan Qurban dan Aqiqah?

Menurut pendapat Imam Syafi’i, Qurban dan aqiqah tidak bisa digabung dalam satu penyembelihan dengan dua niat. Namun, jika aqiqah dilaksanakan bersamaan dengan waktu penyembelihan Qurban, itu diperbolehkan.

Dengan memahami perbedaan ini, semoga Ayah, Bunda beserta umat Muslim lainnya dapat menjalankan ibadah aqiqah dan Qurban sesuai dengan ketentuan dan tujuan masing-masing.

Ilustrasi Kambing Aqiqah dan Qurban. (Foto: Freepik)

Penulis: Elis Parwati

{ Comments are closed }

Chat Sekarang
1
Chat Sekarang
Ada yang bisa kami bantu untuk Aqiqahnya..?